Puslitbang Kemenag Berharap Media Islam Mampu Netralisasi Isu Kebencian

JAKARTA – Kementerian Agama (Kemenag) melalui Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam melakukan kerja sama dengan sindikasi media Islam dalam rangka menyebarkan konten-konten keagamaan berdasarkan prinsip moderasi beragama.

Kepala Sub Bagian Tata Usaha Puslitbang Bimas Islam Kemenag, Rizki Riyadu Topeq berharap media Islam memiliki persepsi yang sama mengenai pentingnya moderasi beragama.

“Lima tahun belakangan politik identitas sangat tinggi. Media Islam (moderat) harus bisa menetralisasi isu-isu agama yang bernuansa kebencian. Tapi dengan isu-isu yang tak lepas dari moderasi beragama, seperti toleransi dan kebersamaan,” tuturnya dalam acara Konsolidasi Pengelola Media: Promoting Moderasi Beragama untuk Sindikasi Media Islam kerja sama Puslitbang Bimas Islam Kemenag bersama El-Bukhari Institute yang disiarkan secara virtual, Jumat 11 Desember 2020.

Dia berharap sosialisasi moderasi beragama ke depan bisa juga merambah dan merangkul berbagai organisasi keagamaan lainnya, tidak hanya Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah saja.


“Kalau sosialisasi moderasi beragama bisa meluas, tahun depan kita bisa adakan Kongres Media Islam. (Pesertanya) tidak hanya NU dan Muhammadiyah,” ujar Rizki.

Menurut dia, Puslitbang Bimas Islam ingin menginisiasi agar diselenggarakan Kongres Media Islam untuk menyebarkan konten moderasi beragama. Tujuannya untuk menjaga kondusivitas dan menjaga persatuan.

“Tidak saling menjatuhkan. Kalau memang memungkinkan, kita fasilitasi itu (Kongres Media Islam-red). Saling mensupport,” katanya.

Sementara itu, Pemimpin Redaksi NU Online Ahmad Mukafi Niam menjelaskan, media-media moderat telah berkembang pesat, bahkan dikenal secara luas. “Alhamdulillah kita sudah saling bertemu. Pola yang kita cari sudah mulai didapat. Alif juga sudah menemukan branding-nya sebagai media budaya Islam. Islamidotco dan Bincang Syariah juga sudah matang,” tuturnya.

Niam mengatakan, masing-masing media Islam moderat yang disebutkan itu sudah memiliki ceruk pembaca tersendiri sehingga mampu memperlebar wilayah penyebaran konten moderasi beragama.

“Persoalannya, bagaimana tantangan ke depan yang harus kita hadapi? Sekarang tugas kita adalah menyelamatkan ‘kapal’ digital dan kita harus bisa optimis,” paparnya.

Dengan inisiatif dan kerja sama yang sudah dilakukan, Niam optimistis media Islam moderat mampu berkembang dengan cepat. Kompetitor dari pihak yang selama ini kontra terhadap prinsip moderasi beragama juga melakukan hal sama atau perkembangannya tersendiri.

“Kita tidak boleh terdiam, inovasi harus tetap kita lakukan,” ujar Niam.

Dia mencontohkan, selama masa pandemi Covid-19, NU Online telah melakukan ekspansi ke platform media sosial lain, yakni Youtube. Pihaknya mencoba mengejar berbagai produksi konten yang berprinsip moderasi beragama seperti menggarap video tutorial keislaman.

“Kalau kita diam maka akan mengalami keterlambatan. Sementara pihak lain terus berjalan. Kita harus selalu bergandengan tangan untuk terus maju bersama. Nilai bersama kita adalah memperjuangkan Islam rahmatan lil alamin untuk bergerak bersama menjadikan Indonesia yang damai dan sejahtera,” tuturnya.

Hadir pula sebagai pembicara, Direktur Numedia Digital Indonesia Savic Ali yang mendiskusikan soal pengarusutamaan moderasi beragama melalui media. Selain itu hadir perwakilan pengelola media Islam moderat lainnya.

Sumber: https://nasional.sindonews.com/read/265572/15/puslitbang-kemenag-berharap-media-islam-mampu-netralisasi-isu-kebencian-1607742724/14

Artikel Lainnya