Buku yang merupakan hasil tesis yang telah diujikan di Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ) Jakarta ini berangkat setidaknya dari dua faktor utama, pertama adalah istilah moderasi dan kedua bagaimana sosok ulama besar dunia seperti Syekh Mutawalli al-Sya’rawi membicarakan tema tersebut.
Faktor pertama, istilah moderasi khususnya ketika dikaitkan dengan kata Islam atau agama, merupakan kata yang bisa dikatakan populer baru dalam 20 tahun terakhir. Perdebatan istilah moderasi ini disoroti penulisnya, dimana ketika istilah ini digaungkan dalam konteks muslim di Barat, istilah moderasi Islam misalnya dianggap selaras dengan Islam Liberal. Beberapa praktik yang dikaitkan dengan semangat moderasi, oleh internal muslim sendiri, menurut penulis, juga mendapatkan tantangan. Misalnya istilah ukhuwah basyariyyah (persaudaraan kemanusiaan). Menurut data saudara penulis, istilah yang mesti digaungkan oleh salah satu ormas muslim terbesar di Indonesia, Nahdatul Ulama (NU), tidak selalu mendapatkan penerimaan yang serempak di kalangan umat muslim di Indonesia sendiri. Boleh jadi perdebatan teologis soal bagaimana konsep persaudaraan sesama manusia diwujudkan padahal tidak seagama, sementara ada ajaran Islam soal pemisahan yang tegas bahwa orang yang berbeda agama saja tidak diperbolehkan untuk menikah atau mendapatkan hak waris.
Faktor kedua adalah pemilihan figur Syekh Mutawalli al-Sya’rawi sendiri. Syekh Mutawalli al-Sya’rawi dikenal luas sebagai mufasir yang menjadi sangat populer lewat penyampaian tafsir lewat televisi di Mesir paruh kedua abad ke-20. Bahkan, tafsirnya yang dikenal saat ini merupakan hasil dari transkripsi seluruh pengajian tafsirnya yang disampaikan di televisi Mesir. Beliau wafat di tahun 1998, namun efek dan animo hormat atas tausiyah-tausiyah keagamaannya, khususnya di bidang tafsir Al-Qur’an, masih dihormati dan dijadikan rujukan hingga sampai saat ini. M. Quraish Shihab, penulis tafsir al-Misbah dan satu dari sekian mufasir yang bisa dihitung jari di Indonesia, pernah menyebut kalau apa yang dilakukan Al-Sya’rawi ikut menginspirasi dirinya untuk menyampaikan tafsir melalui media televisi di Indonesia. Mungkin karena faktor ini semua, penulis tesis ini ingin mencoba menguji, bagaimana Al-Sya’rawi, yang telah menafsirkan seluruh Al-Qur’an, membicarakan tema moderasi. Dan, yang perlu digarisbawahi, tentu istilah awal yang digunakan bukan moderasi. Jika melihat kepada Al-Qur’an, istilah yang kerap dipadankan adalah al-Wasath, sehingga dikenal juga belakangan istilah al-Wasathiyyah. Lantas, bagaimana diskursus soal al-Wasathiyyah ini dibahas oleh al-Sya’rawi? Cek selengkapnya di sini.
Profil Buku
Judul : Paradigma Moderasi Muhammad Mutawalli Al-Sya’rawi
Penulis : Hilman Hujaji
Tebal Buku: v + 207 halaman
Cetakan: Cetakan ke-1 (Agustus, 2024)
Tautan Pembelian